Pendatang baru gang sempit
Gang
sempit tempat aku tinggal ini terkenal hening. Beberapa kali aja sih bakal
kedengaran ribut tapi siang biasanya sepi karena semua orang beraktifitas
diluar rumah. But now, it turns out to be something happen in the past. It used
to be quiet neighborhood. Until, a bird comes.
Seekor
burung pekicau yang gak tahu dari jenis apa tapi punya suara yang benar-benar
merdu, muncul. Ini mungkin tipe burung yang ikut kejuaraan dan laku dijual
dengan harga cukup lumayan. Satu dua hari, sebagai tetangga sih cukup impressed
sama suaranya sampai akhirnya mulai kepikiran masa-masa tenang sebelum itu
burung muncul.
It
used to be so quiet. I used to be able to take a nap in peace. Everything
seemed so peaceful and comforting. Now, it’s all gone.
Pertama
kali dengar kicauannya itu malam. Sekitar jam setengah 12. Kita lagi pada
dikamar, didepan laptop masing-masing dengan posisi TV nyala. Awalnya gak
terlalu perhatiin karena beberapa saat aku kira suara alarm. Tapi alarm yang
gak berjeda. Sampai sadar itu kayaknya suara burung hidup. Tengah malam loh.
Sebelum kepikir itu suara alarm, kita sempat kira itu suara penampakan. Biarpun
sejauh ini belum dengar penampakan punya suara kayak burung. Tetap aja, saking
gak biasa dan terlalu kaget dengarnya menjelang tengah malam.
It
was just so sudden to happen.
We didn’t even live near a tree to have a bird
suddenly sang.
Siangnya,
identitas si burung menjadi jelas karena yang punya muncul nanyain pisang sama
mamang sayur. Sejak itu, sejak malam itu, komplek kita udah kayak arena adu kicau burung.
Burungnya cuma seekor tapi kalau berkicau dia kayak sejuta.
Suaranya
untuk ukuran burung, oke banget. kicauannya udah banyak jenis nada dan rima. Sehari
aja itu burung kayaknya sanggup seriosa ratusan lagu. Kayaknya tiap hari dia
juga punya beberapa lagu baru dan beberapa album kompilasi. Dari happy, kita
jadi dendam. Apa itu burung gak pake acara tidur siang? Suaranya
nyaring banget. Dikeadaan hening gang suaranya bergema keseluruh pelosok komplek
bikin gagal tidur siang.
Kayak
tadi pagi. Aku berusaha tidur lagi habis begadang tapi itu burung jelas
malamnya udah tidur dengan nyenyak. Masih pagi dan dia udah riang bukan
kepalang. Kercip sana kercip sini. Lalalala. Beberapa kali bahkan pakai nada
tinggi beberapa oktaf.
Stress
bolak balik gak bisa tidur tapi ngantuk, aku bangun dan ngintip dari balik kaca
jendela depan. Burungnya lagi lompat-lompat riang habis mandi menikmati
matahari pagi.
It
was there. Too happy to stay still. Singing some old songs, new composed songs.
Trying some high note fiercely and a part of me were dying. I just wanted to
sleep bird… could you just a little conservative?
Dia
mungkin gak sadar tapi aku udah melotot habis. Berharap burung itu tiba-tiba bisu
atau pingsan habis aku tatap. Apa burung gak pernah diajari nyanyi lagu yang
nadanya lebih rendah? Kenapa dia sepanjang hari nyanyi lagu sekelas Adelle? Dia
kayak Helloow from the other siiiiiidddee… sepanjaaaang hari.
Ingat
ayah pernah punya burung piaraan. Dia sering dinas luar kota jadi secara gak
langsung burung itu jadi tanggung jawab tetangga kiri kanan. Okelah untuk
beberapa saat. Semua orang riang dan muji waktu burungnya mulai berkicau. Tapi
kekesalan akhirnya tiba.
Beberapa
kerja sampai malam dan pagi masih pengen tidur tapi burungnya udah berkicau
begitu gembira dengan jadwal tetap setiap pagi. Mereka akhirnya mulai ngasih
ancaman. Beberapa berharap burung itu di makan kucing karena sebal. Jadi,
kadang secara sengaja gak sengaja, mereka parkir motor dibawah kandang burung.
Lengah, beberapa kali kucing muncul dan berusaha buka kandang burung dari atas
stang motor. Kalau dipikir, ini sebenarnya pembunuhan berencana. Tapi sayang,
si kucing selalu gagal.
Waktu
burung itu akhirnya lepas karena lupa tutup kandang, para tetangga jelas gak
ada yang ikut berduka. Akhirnya si burung itu pergi ketempat yang lebih baik
dan semua orang bisa istirahat dengan tenang.
Sekarang,
aku paham banget perasaan para tetangga itu. That's exactly me. Mandangin burung riang itu dari balik jendela dan berharap dia bakal
tiba-tiba diam.
Apa
semua burung berkicau emang begitu?
Sumpah.
Yang satu ini gak diam sepanjang hari. Aku sempat curiga dia mungkin gak pernah
makan atau minum karena bunyi terus. Tapi dari kencangnya nyanyian, aku yakin
dia tetap makan dan minum dengan teratur. Sepertinya juga bakal umur panjang
karena setiap hari dirawat sama yang punya.
Di
gang banyak banget kucing. Gang komplek ini gak ada namanya, kalau pun ada
pasti kucing’s poop street. Saking banyaknya poop kucing sepanjang jalan. Kalau
kita masak ikan, para kucing gang pasti rame berkunjung. Aku benci kucing tapi
gak nyangka bakal lebih gak suka sama burung ribut itu.
Sesekali
aku kirim telepati sama kucing kalau mereka lagi mondar mandir dibawah kandang
burung. Kayak, “psst psst, kucing kucing. Diatas! Diatas ada burung! Ayo
makan!”
Tapi
mereka cuma balas tatap gak acuh.
Mungkin
ingat aku si ahjuma yang sering ngelempar pake sandal. Mungkin rasa gak suka
kami satu sama lain sama-sama besar. Dia suka burung tapi rasa gak suka mereka
sama aku bikin mereka menahan diri. Enemy of your enemy is your friend. Dasar
kucing!
Sekali
lagi, aku cuma bisa mandangin si burung riang itu dari balik jendela.
Jelas-jelas kalah.
Dear
Bird. Hope you move out soon…
Comments
Post a Comment